Bulan Ramadhan:
Bulan Literasi Al-Qur’an
Bulan
Ramadhan memiliki sebutan yang berbeda. Diantaranya dikenal sebagai bulan
maghfiroh, karena di dalamnya Allah memberi amnesti kepada orang-orang yang
berpuasa Ramadhan dengan penuh iimaanan wahtisaaban, penuh keimanan dan
kesungguhan.
Kemudian
Ramadhan dijuluki bulan Al-Qur’an atau syahrul qur’an, karena di
dalamnya Al-Qur’an diturunkan. Sebagaimana diperkuat dalam QS al-Baqarah ayat
184.
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ
فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ
Artinya:
Bulan
Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur’an sebagai
petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan
pembeda (antara yang hak dan yang bathil).
Ayat
pertama yang diturunkan adalah “Iqra”, yang artinya “bacalah!” Hal ini
merupakan perintah Allah SWT melalui malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW
untuk membaca. Atau secara luas dimaknai perintah untuk belajar. Belajar
membaca ayat-ayat Allah, baik ayat-ayat qauliyah berupa ayat-ayat dalam
Al-Qur’an maupun ayat-ayat kauniyah yakni ayat-ayat Allah yang ada di
sekitar kita.
Untuk
mendukung keberhasilan memenuhi perintah iqra tersebut, maka dibutuhkan
kemampuan berliterasi. Literasi tidak diartikan kemampuan menulis dan membaca
belaka. Melainkan kemampuan mengenali dan memahami ide-ide yang disampaikan
secara tersurat maupun tersirat.
Orang
yang melakukan literasi Al-Qur’an berarti adanya kesadaran dalam diri seseorang
muslim untuk berpikir dan kreatif yang dilandasi oleh tradisi baca tulis
Al-Qur’an.
Dikaitkan
dengan Ramadhan sebagai bulan Literasi Al-Qur’an, maka Islam memotivasi orang
beriman melalui ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits mengenai keistimewaan membaca,
mengajarkan, dan mengamalkan Al-Qur’an.
Salah satunya adalah hadits yang berbunyi,
Mempelajari
berarti membutuhkan kemampuan berliterasi. Sehingga belajar membaca Al-Qur’an
sangatlah penting. Sampai-sampai diiming-imingi bahwa setiap satu huruf
al-Qur’an yang dibaca akan mendapatkan sepuluh kebaikan.
“Barangsiapa membaca satu huruf dari Kitabullah
(Al-Qur’an), maka baginya satu pahala kebaikan dan satu pahala kebaikan akan
dilipat gandakan menjadi sepuluh kali lipat”
(HR Tirmidzi no 2835)
Lafadz
basmalah ada berapa huruf?
Ya,
benar. Ada 19 huruf. Berarti jika kita membaca “bismillaahirrohmaanirrohiim”,
kita akan mendapatkan 19 x 10 = 190 kebaikan. Bayangkan jika membaca satu
surat! Surat al-Fatihah misalnya, berapa pahala kebaikan yang akan kita raih?
Bagaimana membaca satu ruku’, sepertiga juz, setengah juz, satu juz, separuh
al-Qur’an, bahkan khatam membaca satu mushhaf Al-Qur’an? Sungguh besar, amat
banyak potensi pahala kebaikan yang akan diraih orang membaca Al-Qur’an.
Bermula
dari semangat Literasi Al-Qur’an, maka manusia Islam Nusantara Berkemajuan akan
terwujud. Kenapa? Karena pilar membangun peradaban ada tiga yaitu budaya baca (iqra),
budaya diskusi (musyawarah), dan budaya tulis (uktubu). Ketiganya ada
dalam dunia literasi. Konkretnya, orang-orang Indonesia, khususnya muslim,
harus lebih giat berliterasi Al-Qur’an.
Coba
simak ayat terpanjang dalam surat Al-Baqarah! Ada yang tahu ayat ke berapa?
{diam sejenak untuk mendengar respon audien]
Di
dalamnya disebutkan perintah untuk mencatat atau menuliskan dan mendiktekan
atau meng-imla-kan. Tentang apa? Dalam kasus ayat tersebut adalah mengenai
utang piutang “tadaayangtum bidain”.
Petikannya
berbunyi:
“Hai
orang-orang yang beriman, apabila kamu melakukan utang piutang untuk waktu yang
ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. dan hendaklah seorang penulis
di antara kamu menuliskannya dengan benar. dan janganlah penulis enggan
menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, meka hendaklah ia menulis, dan
hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu),
dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya” QS Al-Baqarah ayat 282.
Hikmahnya
apa?
Kalau
yang suka utang piutang, harus dicatat. Siapa yang ngutang, siapa yang piutang,
berapa besar utangnya, kapan kesepakatan bayar, gimana teknis bayarnya: dicicil
per minggu, per bulan, atau per tahun, dll. Supaya jika di lain hari belum
dibayar, atau akan nagih, jelas pedomannya. Tidak usah buru-buru nyewa debt
collector.
Hadirin rahimakumullah,
Berliterasi
Al-Qur’an bisa dimulai dengan belajar membaca huruf-huruf Al-Qur’an. Makanya
ada metode Iqra, Ummi, dll. Dulu ada metode al-Baghdadi. Lalu baca per ayat.
Kemudian pelajari arti per kata, per ayat. Lalu baca atau pelajari tafsirnya. Sebab-sebab
turunnya ayat atau asbabun nuzul-nya. Setelah itu hapalkan dan pahami maknanya.
Kemudian amalkan.
Ingatlah
bahwa Nabi Muhammad SAW pernah berpesan, “Sampaikan dariku, walaupun satu
ayat”. بَلِّغُوْا
عَنِّي وَلَوَ اَيَةً {ballighuu ‘annii walau aayah}
Catatan:
sebaiknya dilakukan dengan dibantu atau dibimbing oleh guru atau ahlinya.
Usia
tidak boleh menjadi alasan untuk tidak mau berliterasi Al-Qur’an. Nyuwun
sewu, Bapak-bapak dan ibu-ibu yang sudah sepuh, tidak usah malu untuk
belajar membaca Al-Qur’an. Bukankah kita diperintahkan belajar sejak buaian
sampai liang lahat. Selama nyawa masih di kandung badan, maka selama itu wajib
mempelajari dan mengamalkan Al-Qur’an.
Jika
sudah terbiasa berliterasi Al-Qur’an, maka literasi dalam bidang lainnya akan
dimudahkan.
Apa
saja macam-macam literasi yang dapat dimudahkan jika sudah terbentuk literasi
Al-Qur’an?
1. Literasi
informasi
2. Literasi
statistik
3. Literasi
teknologi
4. Literasi
visual
5. Literasi
kritikal
6. Literasi
data
7. Literasi
finansial
8. Literasi
kesehatan
Dengan
demikian, mumpung bulan Ramadhan, mari kita terus meningkatkan kemampuan kita
berliterasi Al-Qur’an. Jika belum bisa ODOJ one day one juz, ya minimal
satu hari satu ruku’. Baca teks Arabnya, baca pula teks artinya.
Indikator
seseorang mendekati kesuksesan berliterasi Al-Qur’an adalah dia mampu
membumikan Al-Qur’an atau menjadi Al-Qur’an benar-benar sebagai hudan
(petunjuk) dan furqon (pembeda hak dan bathil). Apa-apanya dia kembalikan
kepada Al-Qur’an. Apa yang diperintahkan Al-Qur’an, kerjakan. Apa yang dilarang
Al-Qur’an, jauhi. Tentu saja dengan tetap menjadikan hadtis Nabi dan Ijtihad
para ulama, setelah Al-Qur’an.
Demikian,
mudah-mudahan bermanfaat. Setidaknya mengingatkan saya secara pribadi dan
hadirin sekalian untuk meningkatkan WA-nan, waos al-Qur’an.
Glondong, Wirokerten; Ahad, 11 Juni 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar